Political approach of Sultan Abu Al-Mahasin and Sultan Mahmud Badaruddin II towards the Lampungnese in XVII and XIX century CE

Pendekatan politik Sultan Abu Al-Mahasin dan Sultan Mahmud Badaruddin II di Lampung pada abad XVII dan XIX M

Authors

  • Muhamad Alnoza Graduate Program of Cultural Anthropology, Faculty of Cultural Science, Universitas Gadjah Mada
DOI     10.30883/jba.v41i2.732

Keywords:

Dalung, Lampung, Palembang, Piyagĕm, Banten, inscriptions

Abstract

This study specifically aims to examine the power relations of the Sultan of Palembang (Sultan Mahmud Badaruddin II) in XIX century CE and the Sultan of Banten (Sultan Abu Al-Mahasin) in XVII century CE Lampung region based on piyagĕm Natayuda and dalung Bojong inscriptions. This study describes the form of political messages of Sultan Mahmud Badaruddin II and Sultan Abu Al-Mahasin in relation to the approach taken by the two kingdoms to the people of Lampung. Based on the analysis results of the inscriptions, it can be seen that the Sultanate of Palembang was more oriented towards a hard power approach, while the Sultanate of Banten was oriented to a combination of hard power and soft power.

Abstrak

Kajian ini secara khusus bertujuan mengkaji relasi kuasa Sultan Palembang (Sultan Mahmud Badaruddin II) pada abad XIX dan Sultan Banten (Sultan Abu Al-Mahasin) pada abad XVII di wilayah Lampung berdasarkan piyagĕm Natayuda dan dalung Bojong. Kajian ini membahas tentang bentuk pesan-pesan politis Sultan Mahmud Badaruddin II dan Sultan Abu Al-Mahasin dalam kaitannya dengan pendekatan yang dilakukan oleh kedua kesultanan tersebut kepada masyarakat Lampung. Berdasarkan hasil analisis data prasasti, dapat diketahui bahwa Kesultanan Palembang lebih berorientasi pada pendekatan yang bersifat hard power, sedangkan Kesultanan Banten berorientasi kepada perpaduan antara hard power dan soft power.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alnoza, M., Ananta, R. A. B., & Ramadhanti, M. P. (2020). Ekologi politik dalam perluasan wilayah masa Sriwijaya: Berdasarkan beberapa bukti prasasti. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 23(1), 58–72. https://doi.org/10.24832/bas.v23i1.368

Ariwibowo, G. A. (2017). Sungai Tulang Bawang dalam perdagangan lada di Lampung pada periode 1684 hingga 1914. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 19(2), 253–268.

Boechari. (2012a). An old Malay inscription of Sriwijaya at Palas Pasemah (South Lampung). In Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti (pp. 361–382). Kepustakaan Populer Gramedia dan EFEO.

Boechari. (2012b). Epigrafi dan sejarah kuno. In Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti (pp. 3–28). Departemen Arkeologi FIB UI.

Boechari. (2012c). Surat piyagem dari Sultan Palembang kepada Pangeran Natayuda dari Desa Way Batanding. In Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti (pp. 524–525). Kepustakaan Populer Gramedia dan EFEO.

Brandes, J. L. A. (1888). Piagam Palembang. Notulen van Den Algemenee En Directie-Vergadaringen van Het Bataviaasch Genootschap Voor Kunsten En Wetenschapen, XXVI, 117–121.

Damais, L.-C. (1995). Epigrafi Islam di Asia Tenggara. In Epigrafi dan Sejarah Nusantara: Pilihan Karangan Louis-Charles Damais (pp. 167–222). EFEO.

Djajadiningrat, H. (1920). Nog iets omtrent de Lampongsche oorkonde over de oorspronkelijke verhouding tusschen Lampoeng en Banten. Notulen van Den Algemenee En Directie-Vergadaringen van Het Bataviaasch Genootschap Voor Kunsten En Wetenschapen, LVIII, 48–51.

Fadhilah, R. N., & Ngurah Tara Wiguna, I. G. (2019). Kajian epigrafi pada piagem Kesultanan Palembang. Humanis, 23(3), 209. https://doi.org/10.24843/jh.2019.v23.i03.p07

Farida. (2009). Perekonomian Kesultanan Palembang. Jurnal Sejarah Lontar, 6(1), 12–20.

Gibbon, G. (2013). Critically reading the theory and methods of archaeology: An introductory guide. Rowman & Littlefield Publishers.

Groeneveldt, W. P. (2018). Nusantara dalam catatan Tionghoa. Komunitas Bambu.

Hazeu, G. A. . (1906). Een beschreven koperen plaat uit de Lampongs. Tijdschrift Voor Indische Taal-. Land-En Volkenkunde, XLVIII, 1–12.

Imadudin, I. (2016). Perdagangan lada di Lampung. Patanjala, 8(3), 349–364.

Magetsari, N. (2016). Epigrafi = sejarah kuno ? In Perspektif Arkeologi Masa Kini: dalam Konteks Indonesia (pp. 74–84). Kompas Media Nusantara.

Musonnif, A. (2017). Geneologi kalender Islam Jawa menurut Ronggo Warsito: Sebuah komentar atas sejarah kalender dalam Serat Widya Pradhana. Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 5(2), 329–355. https://doi.org/10.21274/kontem.2017.5.2.329-355

Nawiyanto, & Endrayadi, E. C. (2016). Kesultanan Palembang Darussalam: Sejarah dan warisan budayanya. Tarutama Nusantara.

Nye, J. S. (2009). Understanding international conflicts, 7th ed. Pearson.

Pigeaud, T. G. (1929). Afkondigingen van Soeltans van Banten voor Lampoeng. Djawa, IX, 123–159.

Pigeaud, T. G. (1960). The NÄgaraká¹›tâgama by Rakawi Prapanca of Majapahit, 1365 AD. Martinus Nijhoff.

Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2010a). Sejarah nasional Indonesia, jilid II: Zaman kuno. Balai Pustaka.

Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2010b). Sejarah nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Balai Pustaka.

Santun, D. I. M., Murni, & Supriyanto. (2010). Iliran dan uluan: Dinamika dan dikotomi sejarah kultural Palembang. Eja Publishers.

Saptono, N. (2013). Permukiman kuna di kawasan Way Sekampung, Lampung, pada masa Śriwijaya. Amerta: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 31(2), 125–139.

Sarjiyanto. (2008). Mencermati kembali komoditas lada masa Kesultanan Banten abad XVI-XIX. Amerta: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 26(1), 58–73.

Sucipto, T. (2010). Eksistensi kraton di Cirebon: Kajian persepsi masyarakat terhadap keraton-keraton di Cirebon. Patanjala, 2(3), 472–489.

Suhadi, M. (1998). Beberapa piagam Kesultanan Palembang. Jurnal Arkeologi Siddhayatra, II(1), 14–26.

Sutrisna, D. (2014). Lampung Cikoneng, potret pemukiman orang Melayu di tanah Banten. Naditira Widya, 8(1), 19–28.

Syawaluddin, M., & Fikri, M. S. (2019). Tradisi politik Melayu: Analisis pengangkatan dan pergantian kekuasaan di Kesultanan Palembang. CV. Amanah.

Tuuk, H. N. van der. (1884). Lampoengsche pijagems. Tijdschrift Voor Indische Taal-. Land-En Volkenkunde, XXIX, 191–207.

Untoro, H. O. (1998). Perdagangan di Kesultanan Banten (1522-1684): Kajian arkeologi ekonomi. Universitas Indonesia.

Wargadalem, F. R. (2017). Kesultanan Palembang dalam pusaran konflik (1804-1825). Kepustakaan Populer Gramedia dan EFEO.

Westenenk, L. C. (1919). Aanteekeningen omtrent het hoornoschrift van Loeboek Blimbing. Tijdschrift Voor Indische Taal-. Land-En Volkenkunde, LVIII, 448–460.

Wibisono, S. C. (2013). Bina kawasan di negeri bawah angin: Dalam perniagaan Kesultanan Banten abad XV-XVII. Kalpataru: Majalah Arkeologi, 22(2), 111–122.

Wijayati, M. (2011). Jejak Kesultanan Banten di Lampung abad XVII (Analisis prasasti dalung Bojong). Analisis, 11(2).

Published

2021-11-30

How to Cite

Alnoza, M. (2021). Political approach of Sultan Abu Al-Mahasin and Sultan Mahmud Badaruddin II towards the Lampungnese in XVII and XIX century CE. Berkala Arkeologi, 41(2), 215–232. https://doi.org/10.30883/jba.v41i2.732

Issue

Section

Articles