The study of slender Agastya statue in the Mpu Purwa Museum collection, Malang City

Kajian arca Agastya bertubuh ramping koleksi Museum Mpu Purwa Kota Malang

Authors

  • Rakai Hino Galeswangi Cultural Heritage Expert Team of Malang City
DOI     10.30883/jba.v41i1.603

Keywords:

Statue, Agastya, Mpu Purwa Museum, Iconography

Abstract

This study aims to examine and identify the place of origin of the slender Agastya statue (arca) stored in the Mpu Purwa Museum, Malang. The object of study is the Agastya depicted with a slender stomach, partially curled and partially loose on the back hair-style, and holding the trident weapon from its backrest. The research method is qualitative descriptive, using inductive reasoning with the sense of analytical description. This research uses analysis of iconography, ecology, contextual, and historical approach. The result shows that the slender Agastya is locally made with high quality and influenced by the Gupta-Indian style, which appeared in the VIII to IX centuries in Central Java.  The origin of Agastya statue also known as part of the Karangbesuki temple ruins in Desa Karangbesuki. The Agastya acts as a Hindu temple mandala statue placed in a niche of the south side wall. These result is expected to be useful for further researches.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasi tempat asal arca Agastya bertubuh ramping yang tersimpan di Museum Mpu Purwa, Kota Malang. Objek kajian dalam penelitian ini adalah Arca Agastya yang digambarkan berperut ramping, gaya rambut yang sebagian digelung dan sebagian diurai di pundak belakang, dan memegang senjata trisula dari sandaran belakang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan penalaran induktif bersifat deskriptif analitis. Pendekatan yang digunakan adalah analisis ikonografi, ekologi, kontekstual, dan pendekatan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arca Agastya bertubuh ramping dibuat secara lokal, bermutu tinggi, dan dipengaruhi langgam Gupta-India yang muncul di Jawa Tengah pada abad VIII hingga IX. Arca Agastya tersebut juga diketahui berasal dari reruntuhan Candi Karangbesuki di Desa Karangbesuki, sebagai arca mandala candi Hindu yang ditempatkan di relung luar dinding sisi selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk penelitian lanjutan lainnya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

@historyoftemanggung. (2018). Instagram post relief yang diduga merupakan arca resi Agastya. https://www.picuki.com/media/1540659931772943818

Ayatrohaedi. (1981). Kamus istilah arkeologi I. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

BPCB D.I. Yogyakarta. (2014). Katalog koleksi arca batu balai pelestarian cagar budaya Yogyakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya.

BPCB Jambi. (2016). Agastya, Bumiayu. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/agastya-bumiayu/

BPCB Jawa Tengah. (2016). Agastya. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/agastya/

De Haan, B. (1929). Tjandi Badoet. In Oudheidkundig Verslag over het derde en vierde kwartaal 1929 (pp. 245–257). Martinus Nijhoff.

Hardiati, E. S. (2002). Seni arca masa Hindu-Buddha di Jambi. In 25 Tahun Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient (pp. 133–149). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Kempers, B. A. J. (1959). Ancient Indonesian art. van Der Piet.

Kusen. (1984). Kreativitas dan kemandirian seniman Jawa dalam mengolah pengaruh budaya asing, studi kasus tentang gaya seni relief candi di Jawa antara abad IX-XVI masehi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Lelono, H. (2013). Bahan dan cara pembuatan arca batu sebagai komponen penting candi-candi masa klasik di Jawa. Berkala Arkeologi, 33(1), 93–108. https://doi.org/10.30883/jba.v33i1.8

Maulana, R. (1996). Perkembangan seni arca di Indonesia. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Maulana, R. (1997). Ikonografi Hindu. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Maulana, R. (2002). Siwa Mahadewa: suatu analisis ikonografi di Jawa masa Hindu Buddha. Makara Sosial Humaniora, 6(1), 1–6.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Museum Nasional Indonesia. (2020). Arca Siwa Mahaguru/Agastya 67 - Ensiklopedia museum nasional Indonesia. https://munas.kemdikbud.go.id/mw/index.php?title=Arca_Siwa_Mahaguru/Agastya_67

Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indië. (1923). Oudheidkundig verslag over het derde en vierde kwartaal 1923. Martinus Nijhoff.

Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indië. (1925). Oudheidkundig verslag over het tweede en derde kwartaal 1925. Martinus Nijhoff.

Poerbatjaraka, R. M. N. (1952). Riwajat Indonesia I. Jajasan Pembangunan.

Poerbatjaraka, R. M. N. (1992). Agastya di Nusantara. Yayasan Obor Indonesia.

Ramelan, S., & Djuwita, W. (2013). Candi seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rao, T. A. G. (1914). Elements of Hindu iconography: Vol. I. Mount Road.

Sarkar, H. B. (1971). Corpus of the inscriptions of Java (up to 928 AD). Mukhopadyay.

Satari, S. S. (2002). Sebuah situs Hindu di Sumatra Selatan: temuan kelompok candi dan arca di Bumiayu. In 25 Tahun Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient (pp. 113–132). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Sedyawati, E. (1980). Pemerincian unsur dalam analisa seni arca. In Pertemuan Ilmiah Arkeologi I Cibulan, 21-25 Februari 1977 (pp. 208–232). Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional.

Sedyawati, E. (1989). Arca-arca kecil dalam pantheon Buddha. In Pertemuan Ilmiah Arkeoligi V, Buku IIA: Kajian Arkeologi Indonesia (pp. 391–412). IAAI.

Soediman. (1976). Sepuluh tahun ekskavasi candi Sambisari. B.U. Yayasan Purbakala.

Soediman. (1977). Candi Sambisari dan masalah-masalahnya. In Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Cibulan, 21-25 Februari 1977 (pp. 155–188). Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional.

Sukendar, H., Simanjuntak, H. T., Eriawati, Y., Suhadi, M., Prasetyo, B., Harkatiningsih, N., & Handini, R. (2008). Metode penelitian arkeologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. https://books.google.co.id/books?id=j3WGRQAACAAJ

Suleiman, S. (1980). Pengembangan seni arca kuno di Indonesia. In Analisis Kebudayaan Tahun 1 No. 1 (pp. 50–59). P.N. Balai Pustaka.

Suwardono. (2003). Mengenal koleksi benda cagar budaya di kota Malang seri 1. Pemerintah Kota Malang Dinas Pendidikan.

Suwardono. (2011). Kepurbakalaan di kota Malang koleksi arca dan prasasti. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Malang.

Suwardono, & Rosmiayah, S. (1997). Monografi sejarah kota Malang. Sigma Media. https://books.google.co.id/books?id=Xf9vAAAAMAAJ

Utomo, B. B. (2013). Arca-arca berlanggam Sailendra di luar Jawa. Amerta, 31(1), 1–80. https://doi.org/10.24832/amt.v31i1.148

Utomo, B. B. (2016). Pengaruh kebudayaan India dalam bentuk arca di Sumatra. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Wirjosuparto, S. (1956). Sedjarah seni artja India. Kalimosodo.

Wojowasito, S. (1951). Sedjarah kebudajaan Indonesia II. Badan Penerbit Pendidikan.

Zuhdi, M. (2019). Buku ajar pengantar geologi. Duta Pustaka Ilmu.

The study of slender Agastya statue in the Mpu Purwa Museum collection, Malang City

Published

2021-05-30

How to Cite

Galeswangi, R. H. (2021). The study of slender Agastya statue in the Mpu Purwa Museum collection, Malang City. Berkala Arkeologi, 41(1), 35–54. https://doi.org/10.30883/jba.v41i1.603

Issue

Section

Articles