The toponymy of the villages in Ambon Island: A historical and archaeological study

Toponimi desa-desa di Nusa Ambon: Kajian sejarah dan arkeologi

Authors

  • Daya Negri Wijaya Universidade do Porto; Department of History, Universitas Negeri Malang
  • Deny Yudo Wahyudi Department of History, Universitas Negeri Malang
  • Siti Zainatul Umaroh Center for Strategic and International Studies Indonesia
  • Ninie Susanti Department of Archaeology, Universitas Indonesia
  • Rendy Aditya Putra Ertrisia Directorate of Cultural Protection
DOI     10.30883/jba.v41i1.600

Keywords:

toponymy, etymology, cultural identity, Leitimor, Leihitu

Abstract

Previously, several toponymy studies have already been conducted both in the Nusa (Island) Ambon as well as in the City of Ambon. However, previous studies have not used the historical-archaeological approach. The use of this approach could ease the researchers to reveal the cross-cultural meeting in a specific locus. Taking the Island of Ambon as a locus, the researchers aim to find the origin of village names and the cultural intersection in Leihitu and Leitimor Peninsula. There were three steps conducted to collect and analyse data using historical-archaeological approach. Firstly, the researchers identified and took a tabulation of the village names, mentioned by the Hikayat Tanah Hitu (The Epic of Hitu Land) and three ancient maps. Secondly, the researchers identified various archaeological remains located in the scattered villages. Finally, the researchers analysed the origin of village names by searching the word-meanings, finding the present locations, and describing the role of the contemporary cultures (Islamic and Colonial period) in the past. The researchers found 12 villages with 22 archaeological remains. All related communities have the archaeological remains which could explain the local dynamics, but there are merely ten villages which name meanings could be identified.

Abstrak

Kajian toponimi baik di Kota maupun Nusa (Pulau) Ambon telah banyak dilakukan. Namun, kajian terdahulu belum menggunakan pendekatan arkeologi-sejarah. Pendekatan arkeologi-sejarah akan memudahkan peneliti untuk menyibak persilangan budaya. Pulau Ambon dipilih sebagai lokus kajian asal-usul nama desa dan persilangan budaya antara Jazirah Leihitu dan Leitimor. Terdapat tiga langkah yang ditempuh untuk mengambil dan menganalisis data dengan pendekatan arkeologi sejarah. Pertama, identifikasi dan tabulasi nama-nama desa yang disebutkan dalam Hikayat Tanah Hitu dan tiga peta kuno. Kedua, identifikasi berbagai peninggalan arkeologis yang terletak di desa-desa tersebut. Terakhir, analisis asal usul nama desa dengan mencari arti kata, mencari lokasi terkini, dan menjabarkan peran kebudayaan sezaman di masa silam. Terdapat 12 desa dengan 22 peninggalan arkeologis yang ditemukan. Semua desa memiliki tinggalan budaya yang dapat menjelaskan dinamika masyarakat lokal setempat, namun hanya 10 desa yang dapat ditemukan arti dari nama desanya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdurachman, P. (2008). Bunga angin Portugis di Nusantara: kejak-jejak kebudayaan Portugis di Indonesia. LIPI Press.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara. (2011). Laporan inventarisasi cagar budaya kabupaten Maluku Tengah dan kota Ambon.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara. (2014). Laporan zonasi balai pelestarian cagar budaya Maluku Utara.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara. (2019). Laporan kegiatan kajian pelestarian kawasan cagar budaya negeri Soya kota Ambon.

Basman, A., Toisuta, H., Rajab, H., Wakano, A., & Baharudin, A. (2012). Sejarah sosial kerajaan Hitu Ambon. Kementerian Agama.

Da Franca, A. P. (2000). Pengaruh Portugis di Indonesia. Sinar Harapan.

De Castro, J. M. (2019). Lautan rempah peninggalan Portugis di Nusantara. Kompas Gramedia.

De Graaf, H. J. (1977). De geschiedenis van Ambon en de zuid Molukken. Uitgeveritj T. Wever.

Deliani, S. (2016). Toponimi kota Medan (dalam relativitas linguistik). Seminar Nasional Toponimi: Toponimi Dalam Perspektif Ilmu Budaya, 266–270. https://linguistik.fib.ui.ac.id/seminar-toponimi/

Direktorat Jendral Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. (2017). Data kependudukan provinsi Maluku per semester 1 bulan juni tahun 2017.

Direktorat Pelindungan Kebudayaan. (n.d.). Sistem registrasi cagar budaya nasional. http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/

Handoko, W. (2014). Tradisi nisan menhir pada makam kuno raja-raja di wilayah kerajaan Hitu. Kapata Arkeologi, 10(1), 33–46. https://doi.org/10.24832/kapata.v10i1.216

Keuning, J. (2016). Sejarah Ambon sampai akhir abad ke-17. Ombak.

Leirissa, R. ., Ohorella, G. A., & Latuconsina, D. (1999). Sejarah kebudayaan Maluku. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Leirissa, R. ., Pattikayhatu, J. A., Luhukay, H., Talib, U., & Maelissa, S. (2004). Ambonku dulu, kini, dan esok. Pemerintah Kota Ambon.

Mansyur, S. (2012). Peran wilayah negeri Larike pada masa kolonial. Kapata Arkeologi, 8(2), 65–72. https://doi.org/10.24832/kapata.v8i2.188

Manuhutu, F. S. (2002). Toponimi di kota Ambon: laporan penelitian.

Manusama, Z. J. (1977). Hikayat tanah Hitu: historie en sociale van de Ambonse Elanden in het algemeen en van Uli Hitu in het bijzonder tot het midden der zeventiende eeuw. Rijksuniversiteit te Leiden.

Munandar, A. A. (2016). Toponimi dalam kajian arkeologi. Seminar Nasional Toponimi: Toponimi Dalam Perspektif Ilmu Budaya, 1–26. https://linguistik.fib.ui.ac.id/seminar-toponimi/

Pattikayhatu, J. A. (2008). Sekilas kota Ambon dan provinsi Maluku. Citra Aji Parama.

Pusat Dokumentasi Arsitektur. (n.d.). Benteng Indonesia. http://benteng.architectureheritage.or.id

Rais, J., Lauder, M., Sudjiman, P., Ayatrohaedi, Sulistyo, B., Wiryaningsih, A., Suparwati, T., & Santoso, W. E. (2008). Toponimi Indonesia: sejarah budaya yang panjang dari permukiman manusia & tertib administrasi. Pradnya Paramita.

Suratminto, L. (2016). Nama-nama tempat di Jakarta dan kaitannya dengan masa kolonial. 37–54. https://linguistik.fib.ui.ac.id/seminar-toponimi/

Wattimena, L. (2009). Rumah adat Baileo: interpretasi budaya di negeri Hutumuri kecamatan Leitimur Selatan kota Ambon. Kapata Arkeologi, 5(8), 23–34. https://doi.org/10.24832/kapata.v5i8.107

Widyastuti, M. (2016). Penyebutan makam di dalam masyarakat Jawa. Seminar Nasional Toponimi: Toponimi Dalam Perspektif Ilmu Budaya, 196–207. https://linguistik.fib.ui.ac.id/seminar-toponimi/

The toponymy of the villages in Ambon Island: a historical and archaeological study

Published

2021-05-30

How to Cite

Wijaya, D. N., Wahyudi, D. Y., Umaroh, S. Z., Susanti, N., & Ertrisia, R. A. P. (2021). The toponymy of the villages in Ambon Island: A historical and archaeological study. Berkala Arkeologi, 41(1), 89–108. https://doi.org/10.30883/jba.v41i1.600

Issue

Section

Articles